Minggu Sore 2 Agustus 2020, di halaman sayap kiri Gedung Gereja Katolik Kristus Terang Dunia Waena, para kameramen dan operator server live streaming dari Paroki Kristus Raja Katedral, Paroki Santo Fransiskus APO (Army Post Office), Paroki Santo Petrus dan Paulus Argapura, Paroki Gembala Baik Abepura, Paroki Kristus Terang Dunia Waena dan Paroki Sang Penebus Sentani berkumpul. Kelompok ini sering berkumpul akhir-akhir ini untuk menguatkan kebutuhan teknis siaran langsung di setiap paroki. Baru 5 menit berkumpul dan mulai bercerita tiba-tiba lonceng gereja berbunyi jam 18.00 tepat. Seperti biasa, siapa di antara kelompok ini yang hafal doa Angelus pasti menjadi sasaran ditunjuk memimpin doa. Atau jika tidak hafal doa angelus pasti langsung membuka google browsing. Namun kebetulan sore itu hadir bersama-sama rekan-rekan teknisi bapak Etus Sekretaris DPP Paroki Waena yang langsung memimpin Doa Angelus yang biasanya berdurasi 2 menit. 

Setelah doa angelus, lonceng masih tetap setia berbunyi hingga satu menit berakhir. Sebelum doa angelus para teknisi yang ada dalam kelompok ini hangat berdiskusi soal software dan hardware live streaming, namun bunyi lonceng Angelus rupanya mengubah perhatian diskusi mereka kepada Bapak Yan Moa, sosok di balik penarik lonceng di Gereja Katolik Waena. Saya pun teringat akan tulisan saya lima tahun lalu yang penah mengangkat profil bapak Yan Moa dengan pelayanan setia menarik lonceng Angelus. Saya sudah pindah di Paroki Sang Penebus Sentani sejak tahun 2017,  namun sore ini saat berkunjung ke gereja Waena saya pun kaget, bapak Yan Moa ternyata masih sangat setia menarik lonceng. Saya akan Copy Paste isi tulisan tersebut yang terbit tanggal 24 Desember 2015 tanpa merubah isi dari tulisan yang tercetak di majalah rohani KOMBAS. 

Berikut isi tulisannya : 

bp. yan moa

TERUS DAN TETAP BERBUNYI 

Lonceng berdentang merobek keras gendang telinga, diiringi lolongan anjing di sekitarnya, namun diakhiri dengan gelombang suara berangsur halus melambat, mengiringi matahari dari peraduan tergelincir pada poros tertingginya hingga tenggelam. 

30 meter dari jarak rumahnya, lonceng ini menjadi sahabat beliau setiap hari, merasa berdosa jika lonceng tidak dibunyikan. Sejak majalah KOMBAS dilaunching, terhitung sudah 3219 kali Bp. Yan Moa membunyikan lonceng jam doa Angelus. Keinginan yang belum diijinkan saat beliau pertama datang ke Irian Jaya tahun 1966 agar ada lonceng Angelus di Paroki-paroki, maka tanggal 1 Januari 2013 suara hati beliau terkabul di Paroki Waena oleh RD. Andreas Trismadi. Kebiasaan menarik lonceng doa angelus ini sudah dilakukannya sejak tahun 1957 ketika masih menempuh pendidikan di biara SVD Ende, Flores. 

Santo Paulinus pada 394 membunyikan lonceng di gereja untuk pertama kalinya, sebagai tanda datangnya hari Natal, walau awalnya tidak diterima oleh umatnya. Barulah pada 604, Paus Sabinianus menyetujui pemanfaatan lonceng dalam gereja. Lonceng Gereja berfungsi sebagai Suara penyembahan dan ibadah, suara pujian dan syukur, doa permohonan, suara perjalanan waktu. Sebelum beribadah lonceng pertama akan mengingatkan hari beribadah, lonceng ke dua mengingatkan kita semua untuk bergegas ke gereja, dan lonceng ke tiga menandakan ibadah akan dimulai. 

Lagi-lagi lonceng gereja dibunyikan 3 kali untuk Angelus, bukan tanpa alasan. Seiring multimedia di Gereja Katolik Waena yang berkembang pesat, lonceng gereja Waena akan terus berdentang manual dengan bantuan alam ciptaan Allah Maha Agung untuk memancarkan gelombang bunyi. Tanpa ingin tahu kita terpanggil atau tidak saat lonceng berbunyi, Bp. Yan Moa tetap setia membunyikan untuk segenap makluk hidup yang menangkap frekuensinya. Suara awalnya mungkin keras, mengkuatirkan atau bahkan mengganggu namun segera getaran lonceng menghaluskan suara itu. Seringkali ini adalah cara suatu nubuatan "bersuara". Nabi Tuhan seringkali datang dengan kata-kata yang menyengat yang keras, mengingatkan dan seringkali mengganggu, namun damai dan kasih Tuhan punya maksud setelah itu. ***florry koban

Ditulis pada Majalah Rohani KOMBAS Paroki Kristus Terang Dunia Waena oleh Florry Koban, dilayout oleh Booby Dumatubun, dan terbit pada tanggal 24 Desember 2015. 

Jika dihitung sejak tulisan ini terbit (24 Desember 2015) hingga hari ini saya upload kembali di media sosial digital (3 Agustus 2020), maka Bapak Yan Moa telah melakukan 4.938 kali, penarikan lonceng doa Angelus. Pertanyaan Refleksi : "Tuhan Telah memberikan setiap manusia talenta untuk melayani, apakah kita setia melaksanakannya tanpa mengeluh ?” silahkan direnungkan masing-masing, atau mari belajar setia dari tugas Bapak Yan Moa. 

Baca juga Spriritual Pembuatan Lonceng Gereja Katolik melalui link : http://www.jayapura.space/warisan-arsitektur/163-spiritual-pembuatan-lonceng-gereja-katolik