Anak dari Koster itu Kini Menjadi Pastor
- Administrator
- CERITAKU
- Hits: 2267
18 Oktober 2020 di Sebuah dusun yang jarak tempuhnya sekitar 5 jam dari pusat Kota Jayapura, tempat itu bernama Paroki St. Michael Waris menjadi saksi Yohanis Mangguwop ditabis menjadi Pastor Projo Keuskupan Jayapura. Saya tidak sempat mengikutinya, siang hari saya mengontak Frater Minggus, OFM Pimpinan Panti Asuhan Polomo untuk mencari data Pastor Yohanis Mangguwop, karena Pastor Yohanis adalah angkatan pertama penghuni Panti Asuhan Polomo tahun 2004, namun Pastor Yohanis semulanya anak Panti Asuhan Hawai sejak tahun 2002, setelah Pastor Nico Dister dan Monsinyur Leo Laba Ladjar, OFM mendirikan Panti Asuhan Polomo yang khusus menampung anak laki-laki dewasa barulah Pastor Yohanis dipindahkan dari Panti Hawai ke Panti Polomo. Pastor Yohanis ada di panti Asuhan atas kebijakan Yayasan Putri Kerahiman Papua untuk membantu Pastor Yohanis atas alasan keadaan ekonomi keluarganya.

Foto : Pastor Yohanis Mangguwop, Pr bersama kedua Orang Tuanya saat ditabis pada hari minggu 18 Oktober 2020 di Paroki St. Michale Waris Dekenat Keerom. Sumber Foto dari Facebook Analis Mangguwop.
Ketika malam ini tidak sengaja saya membuka facebook milik Analis Mangguwop (adik kandung Pastor Anis),saya melihat foto dan teringat akan Ayah dan Ibu dari Anis yang pernah menjadi koster (seorang petugas yang bertanggung jawab untuk mengurus sakristi, bangunan gereja, dan isinya). 5 tahun lalu (desember 2015), saat saya menulis artikel di Majalah Kombas Paroki Kristus Terang Dunia Waena, saya sempat mengunjungi ayah dan ibu Pastor Anis untuk menulis kisah keluarganya. Berikut saya copy paste tulisan 5 tahun lalu tanpa merubah sedikit pun isi tulisan yang saya beri judul BERSAKSI DI PONDOK PINANG di halaman 34 majalah rohani KOMBAS.
BERSAKSI DI PONDOK PINANG
Mengatur buku dan busana liturgi, membuka dan menutup gereja, membunyikan lonceng, dan hal-hal lain yang diperlukan untuk perayaan misa, merupakan salah satu tugas pokok dari koster gereja katolik berdasarkan pedoman umum Misale Romanum 104. Tanpa mengetahui lebih dalam tentang tugas seorang koster, keluarga Bp. Ponsianus Mangguwop dengan senang hati menerima tawaran untuk menjadi koster di Gereja Katolik Kristus Terang Dunia Waena pada tahun 2002. Tawaran menjadi koster gereja datang dari seksi liturgi stasi KTD Waena kala itu Alm. Bp. Teguh yang saat itu sigap mengantisipasi isu pembakaran gereja yang marak di pulau Jawa. Bersama istri dan kelima anak Bp. Ponsius berjanji dalam hatinya untuk menjadi penjaga gereja yang setia. Yohanis, Siska, Analis, Berto dan Abraham pernah menghabiskan masa kecilnya memegang sapu, serok, kain lap, sikat lantai, pembersih debu, sekop, parang, untuk membantu ayah dan ibunya mengemban tugas koster gereja Paroki Kristus Terang Dunia Waena - Keuskupan Jayapura selama 7 tahun. Mulai dari interior gereja hingga eksterior gereja menjadi dunia yang harus dijalani mereka setiap hari. Gaji yang diterima kel. bapak Pontius saat itu sebesar Rp. 500.000,- setiap bulan bukan menjadi penghalang dan keluhan saat tahun-tahun awal Bp. Ponsianus bekerja sebelum gaji dinaikkan.

Menerima penghormatan dan penghargaan tentunya bukan kebutuhan dari pekerjaan koster, sebaliknya ketika mendapat teguran, dimarah, menahan malu di depan orang banyak, sudah merupakan resiko yang ditanggung dari irama hidup Kel. Bp. Ponsianus Mangguwop jika dalam kondisi tertentu lalai melaksanakan tugas koster gereja, namun mereka selalu merasa kuat karena tidak sedikit juga umat yang memberikan senyuman hangat kepada mereka. “Tuhan telah memilih kami untuk belajar setia walaupun kami sering dimarah,” kata istri dari Bp. Ponsianus, tersenyum tegar sambil meneteskan air mata di para-para pinang tempat mereka mencari nafkah, dalam sebuah kunjungan tim majalah KOMBAS. Karya Allah terkadang tidak bisa diselami manusia. Dalam kesetiaan Kel.Bp. Ponsianus Mangguyop, ada seorang keluarga Toraja beragama Kristen Protestan tinggal di sekitar kompleks gereja KTD Waena selalu memberikan bantuan beras kepada kel. Bp. Ponsianus walau mereka tidak saling mengenal. Entah apa yang ada di dalam hati Kel. Toraja tersebut, hingga saat ini mereka masih memberikan bantuan beras kepada Kel.Bp. Ponsianus selepas tugas koster pada tahun 2008.
Kel. Bp.Ponsianus Mangguyop mengakhiri tugas mereka sebagai koster gereja KTD Waena pada tahun 2008, dan saat ini mereka tinggal di sebuah gubuk dekat gereja KTD Waena atas bantuan tokoh umat Katolik Waena. Menjual pinang dan bensin eceran di pondok depan gubuk adalah bagian dari pendapatan mereka saat ini. Ibu Ponsianus mengungkapkan rasa syukur yang mendalam karena Tuhan selalu memberikan berkat kepada mereka melalui uluran tangan kasih umat Katolik maupun non Katolik. Bahkan anak pertama dari keluarga Ponsius Mangguwop, Yohanes Mangguyop telah menjadi Frater, saat ini melayani di Panti Asuhan Polomo Sentani, adiknya Siska menjadi Sekretaris OMK Paroki, dan ketiga adik yang lain aktif dalam kegiatan SEKAMI dan OMK. Keluarga Ponsianus Mangguyop juga menjadi teladan kehidupan di Kombas St. Pangkrasius, karena jika ada kegiatan kombas, keluarga Ponsianus selalu hadir lengkap. Pondok pinang yang saat ini menghidupi kehidupan mereka tidak hanya sebagai perputaran ekonomi keluarga tetapi juga sebagai tempat curhat dan berbagi cerita kesaksian hidup. Siapa saja yang ingin mendengar kebesaran kasih Tuhan, pondok pinang depan gubuk rumah Bp. Ponsianus Mangguwop di gang Maraleks Waena, siap bersaksi mengenang 2520 hari di pelataran Tuhan Gereja KTD Waena. (Ditulis Oleh : Florry Koban pada Majalah KOMBAS Paroki Kristus Terang Dunia Waena terbitan perdana Desember 2015)