yan van

Nama Jan Van Der Horst sepertinya tidak asing bagi generasi muda, terutama mereka yang sering berkunjung di Rumah Sakit Dian Harapan, nama ini terpampang dengan jelas menggunakan stainless perak di Jendela Kaca Void Gedung Ruang Bersalin RSDH. Namun dibalik nama ini, sebagian generasi tidak sempat bertemu dengan Jan V.D. Horst, OFM. Beliau Meninggal tanggal 23 Februari 2012 di Belanda, sebagian besar umat Katolik di Jayapura mendengarnya tanggal 24 Februari 2012. Teringat akan kepergiaanya 5 (lima) tahun lalu, Siapakah beliau, berikut cerita singkat yang penulis coba angkat melalui informasi Saudara Fransiskan di Papua dan beberapa orang yang bersedia mengisahkannya, namun belum terlalu lengkap, silahkan jika ada yang ingin menambahkannya.    

Tiba di Papua.

Pastor Jan van Der Horst, OFM, lahir 21 januari 1943 di Woerden- Belanda. Ia meninggal hari Kamis 23 Februari 2012. Ia tiba di Papua 22 juni 1970. Teruna Bakti menjadi tempat awal karirnya pada tanggal 22 Juni 1970, persis saat itu Teruna Bakti masi di Biak (sejarah Teruna Bakti Jayapura). Tanggal 37 juli 1980 Pater Jan V.D. Horst, OFM mengakhiri tugasnya di Biak menuju Jayapura. Berkarya di kantor Keuskupan Jayapura 29 juli 1970 sampai 01 oktober 1970. Selanjutnya Pater Jan V.D. Horst, OFM menuju sentani untuk menjadi Pastor Paroki Sentani sejak tanggal 1 oktober 1970 sampai 3 Mei 1971. Pengikut Fransiskan ini selanjutnya bertugas sebagai Pastor Paroki Abrpura, sejak 3 Mei 1971 sampsi 5 Januari 1972. Tanggal 15 Januari 2972 Keuskupan Jayapura mengangkatnya sebagai Sekretaris hingga berakhir pada tanggal 2 Juli 1973.

Bilogai

Setelah di Kantor Keuskupan, Pater Jan V.D. Horst, OFM bertugas di Bilogai sebagai Pastor Paroki sejak tanggal 1 Juli 1972. Namun saat itu ia mengalmi gangguan kesehatan, tekanan darah tinggi dan gangguan pada telinga, lalu berobat di Makasar pada September 1973 sampai Desember 1973. Karena sakit itu Pater Jan V.D. Horst, OFM cuti ke Belanda. Setelah cuti, kembali melanjutkan tugasnya sebagai Pastor Paroki Bilogai dari Juli 1974 sampai Mei 1977. Selanjutnya Pater Jan V.D. Horst, OFM berkarya di Eupouto memberikan kursus kepada para katekis, hingga menerbitkan banyak bahan kursus dan pembinaan.

Balik Jayapura

Tahun 1985 Pater Jan V.D. Horst, OFM ke Jayapura menjadi Rektor SPG Teruna Bakti, Sekolah yang dulunya pernah dilayani di Biak itu sudah pindah ke Waena tahun 1971. Sejak tanggal 19 juni 1985 sampai 19 Juni 1994, beliau sempat mengajar di STFT untuk mengisi kekosongan dosen kitab suci di mata kuliah Pengantar Penjanjian Lama . Tentunya beberapa generasi Teruna Bakti di masa ini sangat mengenal beliau. Kisah akar nasi asrama SPG hingga SMA Teruna Bakti Waena masih menjadi populer hingga saat ini. Cukup lama bersama anak-anak Asrama SPG-SMA Teruna Bakti, Pater Jan V.D. Horst, OFM balik ke Biara Pusat Fransiskan Papua St.Fransiskus APO dan sebagai Pastor Paroki APO. Tahun-tahun ini Pater Jan V.D. Horst, OFM melayani rumah sakit Dian Harapan dan ikut menangani Toko Buku Labor (sekarang sudah tidak ada lagi, dan menjadi Toko Buku Gramedia).

Pada bulan Oktober 2001 diangkat sebagai Pastor Paroki Gembala Baik Abepura dan sambil tetap melayani rumah sakit Dian Harapan dan Toko Buku Labor Jayapura. Tahun 2005 Pater Jan V.D. Horst, OFM   harus kembali ke Belanda, sangat disayangkan karena sampai di Belanda kesehatnnya memburuk. Salah satu dokter asli anak Papua Dr. Anton Motte adalah salah satu anak yang disekolahkan oleh Pater Jan V.D. Horst, OFM untuk bisa melayani umat di Keuskupan Jayapura, namun Dokter lebih diterima di Pemerintahan untuk membantu banyak orang, bahkan untuk mengenang Pater Jan V.D. Horst, OFM, Dokter Anton Motte memberikan nama kepada anaknya dengan nama Jan Vav Der Horst. 

Pater Jan V.D. Horst, OFM dikenal amat sosial bila orang datang memohon bantuannya. Pater Jan V.D. Horst, OFM Ia cukup mengetahui dunia komputer dan membantu mahasiswa yang meminta bantuannya. Sesekali waktu sambil bersantai, Beliau Menikmati Beer di malam hari sambil mengajarkan mahasiswanya menggunakan komputer. Saya mempunyai kisah unik dengan beliau, ketika beliau sedang sibuk-sibuknya mengurus Rumah Sakit Dian Harapan, beliau meminta saya untuk membuat 11 buah lembaran persentase di kertas manila untuk sebuah materi yang harus beliau bawa, di mana pada masa itu belum populer menggunakan Power Point dan proyektor, 1 lembar kertas persentase beliau membayar saya dengan harga 11 ribu rupiah. Menerima upah itu saya heran, dan bingung mengapa beliau membayar saya dengan uang yang jumlahnya ganjil. Sebagian dari uang itu saya tidak pergunakan dan saya simpan saja di lemari karena saya takut. Ketika tanggal 24 Februari 2012 mendengar beliau Meninggal, saya amat sedih dan uang dari Pater Jan V.D. Horst, OFM itu langsung saya masukan di dalam derma, saya serahkan kebingungan saya untuk mendoakannya. Tentunya banyak di antara pembaca khususnya yang ada di Papua mempunyai kisah-kisah saat berjumpa dengan Pater Jan V.D. Horst, OFM.

Banyak kisah, Bapak Abdon Bisei melalui WA kepada penulis mengatakan “Punya kisah perjuangan itu, pernah urus satu proposal utk itu ke Maya Rumantir. Beliau akhirnya pi ketemu dgn Maya Rumantir” lanjut Bapak Abdon Bisei Dosen STFT kepada Penulis, “Tidak cukup lewat WA perlu bicara”. Pater Frans Lieshout, OFM pun menyampaikan kepada penulis “menurut saya, Pater Jan van der Horst meninggal tgl 23 Februari 5 thn lalu. Saya banyak kerja sama dgn p. Jan tapi itu sulit diungkapkan dengan satu-dua kalimat. Hatinya ada pada masyarakat biasa di pedalaman Paniai dan Intan Jaya (Bidogai-Bidai). Itulah dorongannya untuk memulai dengan RSDH, pertama-tama untuk masyarakat kecil. Salam dulu.”