Ditulis oleh : florry koban

Kami sekeluarga mengenalnya sejak saya masih kecil, bahkan Pater Frans Lieshout, OFM mengangkat kisah pelayanan Ayah Saya (Karel Koban) pada buku Sejarah Lembah Balim halaman 311. Tentunya kita masing-masing yang mengenal Pater Frans Lieshout, OFM dan akan menuliskan kenangan dengan cara dan media yang berbeda-beda. Saya tidak menulis tentang kisah keluarga saya bersama beliau, karena ayah saya lebih mengetahuinya, Namun saya akan menulis kedekatan saya dengan beliau saat saya besar dan kami sangat intens berkomunikasi saat saya sebagai pengurus Ikatan Alumni Teruna Bakti Jayapura. Tulisan ini saya tulis tahun 2012, tersimpan rapi dalam folder para missinoaris, namun saya merasa penting agar tulisan ini dibaca ketika beberapa jam lalu mendengar kabar duka Pater Frans Lieshout, OFM  dari Provincial Franasiskan Papua, bahwa pater Frans Lieshout, OFM meninggal di Belanda tanggal 1 Mei 2020 pukul 13.30 Waktu Belanda.  

Nilai “Pro Ecclesia Et Patria” di balik biografi Mantan Rektor Terlama di SPG Teruna Bakti Jayapura : Pastor Frans Lieshout, OFM

Jika kita melihat foto di atas ini (foto saat Pater Frans Lieshout, OFM masih muda, sangat energik, dan tampan. Foto ini saya scan dari album pribadinya saat mengunjungi Pater Frans  di Wamena tahun 2016).

Pastor Lieshout, OFM lahir di Montfoortn Nederland 15 Januari 1935. Satu Bulan sebelum Papua Berintegrasi ke Indonesia menjadi Propinsi Paling Timur, Pastor Frans Lieshout, OFM sudah berada di Papua ( saat itu Papua Bernama : Nederlands Nieuw Guinea ). Sebelumnya Pastor Frans Lieshout, OFM yang sapaan akrapnya Bapak Lieshout menempuh pendidikan dasar dan menengah/Gymnasim, ia menjadi anggota Persaudaraan Fransiskan - Ordo Fratum Minorum ( disingkat OFM, yang berarti saudara dina hina ) pada tahun 1955 dan melanjutkan studi Filsafat dan Teologi tahun 1956 – 1962, pentabisan Imam tahun 1962 yang dilanjutkan dengan kursus untuk menjadi missionaris di Asia.

Pada saat Pater Lieshout tiba di Papua, Keuskupan Jayapura dipimpin oleh Uskup Rudolf Joseph Manfred Staverman, O.F.M (sejak 29 April 1956 sampai mengundurkan diri pada 6 Mei 1972 ) yang selanjutnya diganti oleh uskup Herman Ferdinandus Maria Münninghoff, O.F.M (sejak 6 Mei 1972 sampai pensiun pada 29 Agustus 1997 ), sedangkan uskup pertama Jayapura adalah Oscar Cremers, O.F.M., ( sejak 3 Juni 1949 sampai wafat pada 1954 ). Pastor Lieshout Berkenalan pertama dengan orang Balim ( Wamena ) pada tahun 1964 – 1967. Setelah bertugas menjadi Pastor di Jayapura, tepatnya tanggal 22 April 1964 Pastor Lieshout tiba di Balim karena ditunjuk oleh Uskup Jayapura untuk menjadi Pastor Paroki di Musatfak. Pastor Lieshout diwajibkan oleh Uskup Jayapura mempelajari bahasa Balim satu jam sehari, sama halnya juga dengan pastor-pastor Misonaris sebelumnya yang mempelajari bahasa Balim hingga lancar. Pada saat Pastor Lieshout berkarya di Balim terjadi beberapa peristiwa penting yaitu : Terjadi pergantian Pemerintahan di Tanah Papua, Konsili Vatikan – II dan Konflik dengan Gereja Kristen Injili di Wamena dan sekitarnya.

Pada tanggal 17 Mei 1964 bersamaan dengan hari Pantekosta sejumlah anak Balim dibabtis dan akan melanjutkan Pendidikan di Luar Balim. Upacara ini dihadiri oleh 400-500 masyarakat. Anak-anak itu berasal dari seluruh Lembah Balim yang merupakan calon-calon kader masyarakat pertama di lembah Balim. Dari 12 orang anak yang siap melanjutkan Pendidikan di luar Balim, terdapat 5 ( lima ) orang dikirim ke SGB Teruna Bakti di Biak, Yaitu :

• Cornelis Tugiarek Lagowan : ke SGB Teruna Bakti Biak, Ia menjadi Guru, PNS, Camat
• Yakobus Oba Lagowan : Ke SGB Teruna Bakti Biak, Menjadi Guru, PNS, Kantor PSWA YPPK
• Marsellino Marlepike Matuan : Ke SGB Teruna Bakti Biak, Menjadi Guru, PNS
• Stefanus Mulinai Himan : Ke SGB Teruna Bakti Biak menjadi guru + Korban Pembunuhan Politik
• Wilhelmus Pisie Hilapok : Ke SGB Teruna Bakti Biak, Ia menjadi PNS, Guru OR.

Setelah bertugas 4 tahun di Balim, Pastor Lieshout ditugaskan ke lagi ke paroki St.Missael Bilogai dan Bilogai. Disana ia juga berkenalan dengan orang Moni pertamakali setelah orang Baliem. Setelah 6 tahun bertugas di Bilogai, barulah Pastor Lieshout Ke Jayapura untuk memimpin SPG Teruna Bakti Jayapura. Pastor Frans Lieshout memimpin SPG Teruna Bakti Jayapura selama 10 tahun 3 bulan, dan beliau adalah rektor terlama memimpin SPG Teruna Bakti Sejak tahun 1973 hingga 1983 sekaligus menjadi Pastor Dekan Dekenat Jayapura. Satu tahun sesudah itu ( 1984 ) Pastor Frans Lieshout, OFM resmi menjadi warga Negara Indonesia. Setelah memimpin Teruna Bakti, Pastor Frans Lieshout, OFM ditugaskan menjadi Pastor Koordinator 3 Paroki Kota, setelah itu menjadi Pastor Paroki di Biak.

Foto : Kader-kader dari Lembah Balim yang dipersiapkan sekolah di luar Balim. 



Menginjak Usia 73 Tahun Pastor Frans Lieshout, OFM memutuskan untuk pulang kampung. Kampung yang dimaksud adalah Lembah Balim, di mana beliau pertama kali mengalami jatuh cinta terhadap Tanah Papua.

Pada Tanggal 31 Agustus 2012 Pastor Frans Lieshout, OFM diundang oleh Pengurus Ikatan Alumni Teruna Bakti untuk memimpin seminar Alumni Teruna Bakti. Kedatangan Pastor Frans Lieshout dari Bandara sentani dihantar langsung oleh anak kepala suku Matuan ( suku asli di Lembah Balim ) ke halaman SMA YPPK Teruna Bakti. Kedatangan Pastor Frans Lieshout disambut oleh tangisan Ibu Guru Ros Meterai yang saat itu sedang mengajar. Ibu Ros Meterai adalah anak didik dari pater Frans Lieshout, OFM semasa SPG dulu. Saat memimpin seminar, Ptr. Frans Lieshout, OFM meceritakan Sejarah Lahirnya Teruna Bakti di Tanah Papua, bahwa dibalik sejarah Teruna Bakti hadir untuk mengkaderkan Orang Papua agar bisa berkarya bagi Gereja dan Negerinya sendiri. Seminar itu disambut dengan isak tangis oleh 35 peserta seminar yang juga pernah dididik oleh Pastor Lieshout semasa SPG Teruna Bakti. Tanggal 1 September 2012 Pastor Frans Lieshout, OFM Meresmikan terbentuknya Ikatan Alumni Teruna Bakti Jayapura dengan meresmikan Monumen Obor Menyala dan melepaskan balon launching.

Sejarah Lembah Balim ( Wamena ) berhasil diangkat oleh Pastor Frans Lieshout, OFM saat menjalani masa-masa pensiunnya melalui sebuah buku 424 halaman berjudul : “Sejarah Gereja Katolik Di Lembah Balim Papua”. Saat ini Pater Frans Lieshout masih melayani karya-karya pastoral Keuskupan Jayapura di kampung halamannya yaitu Lembah Balim.

Kesan penulis:
Semasa Kecil saya di Lembah Balim, Pastor Frans Lieshout, OFM adalah sosok yang luar biasa, cukup tegas dan mempunyai prinsip. Saya sendiri mengalami sejak kecil hingga saat ini Beliau sangat baik berbicara menggunakan bahasa Asli Balim, bahkan beliau memberikan kontribusi besar menjaga perubahan budaya Balim di tengah-tengah modernisasi. Sekalipun beliau berkulit putih dan berasal dari Leluhur Belanda, namun saya melihat jiwa leluhur Manusia Balim dalam diri Bapak Lieshout. Saat bersenda gurau di Biara Antonius Sentani tangal 2 September 2012, saya melontarkan pertanyaan :

Saya : “Pastor kan sekarang sudah berumur 78 Tahun, apakah pastor tidak pulang ke Belanda ??”

Pastor Lieshout : “Yah,,tempat saya ada di Wamena….”

Saya : “Jika suatu saat saat Pastor dipanggil Tuhan, pastor ingin dimakamkan di mana ?? di Belanda atau di Papua ?”

Pastor Lieshout : “yah,,,biara Fransiskan mempunyai tempat pemakaman yaitu di Biara Antonius Sentani, namun saya ada di Wamena, dan saya berada bersama saudara-saudara saya di Wamena”

Saya : “apakah menurut pastor baik jika Alumni Teruna Bakti berencana membuka Yayasan sendiri agar bisa mempertahankan nilai-nilai pendidikan kader, terutama mendirikan kembali asrama putra yang sekarang sudah menjadi Seminari ???”

Pastor : “yah,,mendirikan Yayasan Ikatan Alumni boleh-boleh saja, yang penting mempunyai kontribusi terhadap SMA Teruna Bakti dan jangan merepotkan pihak Keuskupan Jayapura, jika Alumni Teruna Bakti bisa mandiri dan independen itu lebih baik lagi, namun harus punya kedekatan dengan Kepala Sekolah SMA YPPK Teruna Bakti”.


Sumber Penulisan :
• Buku Sejarah di Lembah Baliem Papua.
• Mendengar Cerita langsung dari Pastor Frans Lieshout.
• Mendengar cerita dari anak didik pastor Frans Lieshout semasa SPG Teruna Bakti.
• Dokumen-dokumen Kesukupan Jayapura

1964 Di depan Cessna AMA. Berdiri : Dari kiri P. Jules Camps OFM, Bpk. Frans Stopel, P.Leo v.d. Zwaan OFM, P. Nico Verheijen OFM, P. Arie Blokdijk OFM, Duduk kiri : P. Frans Lieshout OFM dan kanan Bpk. Hans Weiser.