Diangkat dan diterjemahkan kembali oleh : Florry Koban, IAI.
Sumber : Peninggalan Tulisan harian Alm. Br. Blom, OFM yang ditulis menggunakan bahasa Belanda

Seorang Biarawan Katolik Profesi Arsitek Bangunan ini cukup legendaris untuk rakyat kecil di tanah Papua hingga ke daerah-daerah yang sulit dijangkau transportasi.  Br. Henk Blom, OFM ternyata mempunyai cerita kecil saat membangun Gedung Gereja Katolik Gembala Baik Abepura (GKGB).

Awalnya Pembangunan Gedung Gereja GKGB ditangani oleh Br. Bas Vendrig, OFM namun tahun 1962 Br. Bas Vendrig cuti dan Br. Blom, OFM diminta utk menangani Pembangunan Gedung GKGB. Ir. Stam yang mendesain bentuk awal menurut Br. Blom, OFM bentuk awal itu kurang rendah hati dan memiliki sistem konstruksi yang cukup sulit untuk diselesaikan. Dengan sedikit kecewa Ir. Stam mempercayakan Br. Blom, OFM menandatangi dan redesain gedung Gereja GKGB yang lebih sederhana. Br. Blom, OFM memberikan penekanan kepada empat sudut lancip dan tegas untuk menampilkan Panti Devosi kepada Bunda Maria (Namelijk een hoek voor de Maria kapel). Lalu diciptakanlan sebuah ruang yang terjadi melalui penyatuan sudut diagonal. Agar konstruksi pekerjaan ini dapat dikerjakan dengan cepat, maka Br. Blom, OFM memsan gulungan besi produksi Australia yang memiliki panjang 16 meter . Sedangkan langit-langit gereja dikerjakan oleh tentara Belanda. Volkswagen Combi memperkenalkan sebuah sistem konstruksi sederhana yang baik utk membangun Lonceng GKGB agar kuat dari gempa bumi. Pada tahun-tahun itu terjadi ketegangan Politik Holandia, banyak perusahaan konstruksi yang menggulung tikar dari Hollandia, namun team pekerja Br. Blom, OFM tetap bertahan bahkan mereka membuat bengkel di APO, yang sebelumnya juga membuka bengkel di Argapura yang dinamakan Karya Mulia. Br. Blom, OFM memiliki banyak tenaga ahli yang dilatih untuk mengerjakan bangunan, kusen-kusen pintu jendela, dan mereka adalah putra asli Irian (Papua).